PENCERNAAN MAKANAN pada Paramaecium sp
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan Dari Dosen : Siti Nurkamiah, S.Pd.)
Di
susun oleh:
KELOMPOK I
Luckita
Deyna (12541040)
Dini
Ariestriani (12541044)
Anggita
Putri Kamalia (12541048)
Andriyana (12541054)
Neng
Eyis Meilani (12541056)
Ai
Siti Nurhasanah (12541054)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
STKIP – GARUT
2014
Jalan
Pahlawan No. 32 Telp (0262)233556
A.
Tujuan
Praktikum
Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui proses
siklosis dan pengeluaran sisa makanan yang tidak dicerna (defekasi) pada
paramaecium sp.
B.
Alat
dan Bahan
1. Kultur
paramaecium sp.
2. Gelas
objek dan penutupnya
3. Mikroskop
4. Polivinil
alkohol
5. Carmin
6. Congo-red
7. Ragi
8. Cover
glass
9. Pembakar
Spirtus
10. Kaki
tiga
11. Kassa
Asbes
12. Spatula
13. Thermometer
14. Kapas
15. Air
rendaman jerami
C.
Langkah
Kerja
Bagian Pertama
1. Langkah
pertama, membuat kultur murni Paramecium sp
2. Panaskan
air rendaman jerami sebanyak 500 ml.
3. Diamkan
sehingga suhu turun menjadi 37ÂșC.
4. Cari
sekitar 20 Paramecium sp dari media air rendaman jerami yang tidak di panaskan.
5. Masukan
20 Paramecium sp yang telah di dapatakan ke dalam media (air rendaman jerami
yang di panaskan).
6. Tutup
media air rendaman jerami dengan plastic yang di beri lubang/ dengan kain.
7. Diamkan
selama 4 hari.
8. Lakukan
hal yang sama dalam jangka waktu 4 hari selama 1 bulan.
Bagian Kedua
1. Langkah
kedua, mengamati proses pencernaan makanan pada Paramecium sp.
2. Buka
penutup media kultur murni.
3. Teteskan
air rendaman jerami dari media kultur murni.
4. Teteskan
larutan ragi yang telah di camourkan dengan cermin ke atas tetesan kultur.
5. Bubuhkan
sedikit serat kapas di atas tetesan kultur.
6. Tutup
dengan menggunakan cover glass.
7. Amati
proses pencernaan makanan dan siklosis di bawah mikroskopis.
D.
Landasan
Teori
Hewan menggunakan berbagai cara untuk memperoleh makanan.
Beberapa hewan mengintai, mengejar, memukul, menangkap, dan membunuh. Bagi
spesies hewan menempel (sesil), dalam mendapatkan makanan terpaksa harus
menggunakan cara yang lebih halus, seperti mengabsorpsi melalui permukaan
tubuh, menyaring makanannya atau menjebak (Soewolo, 2000).
Beberapa protozoa dan invertebrata yang hidup bebas ada
yang menggunakan permukaan tubhnya untuk megambil makanan dari medium di
sekitarnya. Molekul –molekul kecil seperti asam amino diambil dari medium encer
di sekitarnya dengan mekanisme transpor aktif, sedangkan molekul –molekul yang
lebih besar atau partikel – partikel diambil melalui proses endositosis
(Soewolo, 2000).
Kali ini, kami akan sedikit membahas tentang pencernaan pada salah satu
anggota dari fillum protozoa, yaitu paramecium. Paramecium merupakan organisme
dari kelas Cilliata, filum Protozoa. Paramecium dicirikan dengan adanya silia
yang berfungsi sebagai alat gerak.Paramecium berhabitat di air tawar dan mudah
ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk.
Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan
dalam paramecium, biasanya dilakukan suatu praktikum sederhana yang diawali
dengan pembuatan sediaan makanan paramecium yang berupa ragi (yeast). Selanjutnya, pada sediaan makanan ditambahkan
Congo Red. Congo Red merupakan indikator Ph yang dapat digunakan untuk
mendeteksi perubahan Ph pada saat terjadi proses pencernaan makanan dalam
vakuola makanan paramecium berdasarkan pada perubahan warna yang ditimbulkan.
Congo red memiliki sifat asam dengan Ph antara 3 – 5,2. Pada Ph 5, Congo Red akan berwarna ungu dan akan
berwarna biru pada Ph dibawah 3.
Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi dalam vakuola
makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencerna makanan, dan mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan cara
mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove),
lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam
sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika
makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada
saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak
siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan
esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola
makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap
karena proses digesti dan absorpsi.
Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan. Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH.
Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan. Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH.
Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama
proses pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang
diekskresikan oleh lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan
vakuola makanan (Soewolo, 2000 : 158). Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja
optimal pada pH sekitar 5 (Istanti, 1999). Jadi ketika sediaan makanan berupa
ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang
pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk
mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses
pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya
berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan
membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada
vakuola makanan kembali menjadi basa.
Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi ( Wulangi, 1993 : 97).
Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi ( Wulangi, 1993 : 97).
E.
Hasil
Pengamatan
·
Video
Hasil Pengamatan
|
F.
Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses
pencernaan makanan pada paramecium. Paramecium merupakan organisme dari kelas
Cilliata, filum Protozoa. Paramecium dicirikan dengan adanya silia yang
berfungsi sebagai alat gerak. Paramecium berhabitat di air tawar dan mudah
ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk.
Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan
dalam paramecium, dilakukan praktikum yang diawali dengan pembuatan sediaan
makanan paramecium yang berupa ragi (yeast). Selanjutnya, pada sediaan makanan
tersebut ditambahkan Congo Red. Congo Red merupakan indikator pH yang dapat
digunakan untuk mendeteksi perubahan pH pada saat terjadi proses pencernaan
makanan dalam vakuola makanan paramecium berdasarkan pada perubahan warna yang
ditimbulkan. Congo red memiliki sifat asam dengan pH antara 3 – 5,2. Pada pH 5,
Congo Red akan berwarna ungu dan akan berwarna biru pada pH dibawah 3.
Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi dalam
vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke seluruh bagian sel
dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui
“rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan
akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan
dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring,
vakuola makanan akan dibentuk.
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi
pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan
gerak siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase,
dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola
makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap
karena proses digesti dan absorpsi.
G.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kami dapat menarik
kesimpulan bahwa ketika sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke
dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa
akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang
dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka
vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom
terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya.
Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi
makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel
jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna
(dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk
kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut
defekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar