Selasa, 02 Desember 2014

PROSES PENCERNAAN MAKANAN PADA Paramecium sp



PENCERNAAN MAKANAN pada Paramaecium sp
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan Dari Dosen : Siti Nurkamiah, S.Pd.)
Di susun oleh:
KELOMPOK I
Luckita Deyna              (12541040)
Dini Ariestriani             (12541044)
Anggita Putri Kamalia   (12541048)
 Andriyana                    (12541054)
Neng Eyis Meilani         (12541056)
Ai Siti Nurhasanah         (12541054)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP – GARUT
2014
Jalan Pahlawan No. 32 Telp (0262)233556

A.    Tujuan Praktikum
Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat  mengetahui proses siklosis dan pengeluaran sisa makanan yang tidak dicerna (defekasi) pada paramaecium sp.
B.     Alat dan Bahan
1.      Kultur paramaecium sp.
2.      Gelas objek dan penutupnya
3.      Mikroskop
4.      Polivinil alkohol
5.      Carmin
6.      Congo-red
7.      Ragi
8.      Cover glass
9.      Pembakar Spirtus
10.  Kaki tiga
11.  Kassa Asbes
12.  Spatula
13.  Thermometer
14.  Kapas
15.  Air rendaman jerami
C.    Langkah Kerja
Bagian Pertama
1.      Langkah pertama, membuat kultur murni Paramecium sp
2.      Panaskan air rendaman jerami sebanyak 500 ml.
3.      Diamkan sehingga suhu turun menjadi 37ÂșC.
4.      Cari sekitar 20 Paramecium sp dari media air rendaman jerami yang tidak di panaskan.
5.      Masukan 20 Paramecium sp yang telah di dapatakan ke dalam media (air rendaman jerami yang di panaskan).
6.      Tutup media air rendaman jerami dengan plastic yang di beri lubang/ dengan kain.
7.      Diamkan selama 4 hari.
8.      Lakukan hal yang sama dalam jangka waktu 4 hari selama 1 bulan.
 Bagian Kedua
1.      Langkah kedua, mengamati proses pencernaan makanan pada Paramecium sp.
2.      Buka penutup media kultur murni.
3.      Teteskan air rendaman jerami dari media kultur murni.
4.      Teteskan larutan ragi yang telah di camourkan dengan cermin ke atas tetesan kultur.
5.      Bubuhkan sedikit serat kapas di atas tetesan kultur.
6.      Tutup dengan menggunakan cover glass.
7.      Amati proses pencernaan makanan dan siklosis di bawah mikroskopis.
D.    Landasan Teori
Hewan menggunakan berbagai cara untuk memperoleh makanan. Beberapa hewan mengintai, mengejar, memukul, menangkap, dan membunuh. Bagi spesies hewan menempel (sesil), dalam mendapatkan makanan terpaksa harus menggunakan cara yang lebih halus, seperti mengabsorpsi melalui permukaan tubuh, menyaring makanannya atau menjebak (Soewolo, 2000).
Beberapa protozoa dan invertebrata yang hidup bebas ada yang menggunakan permukaan tubhnya untuk megambil makanan dari medium di sekitarnya. Molekul –molekul kecil seperti asam amino diambil dari medium encer di sekitarnya dengan mekanisme transpor aktif, sedangkan molekul –molekul yang lebih besar atau partikel – partikel diambil melalui proses endositosis (Soewolo, 2000).
Kali ini, kami akan sedikit membahas tentang pencernaan pada salah satu anggota dari fillum protozoa, yaitu paramecium. Paramecium merupakan organisme dari kelas Cilliata, filum Protozoa. Paramecium dicirikan dengan adanya silia yang berfungsi sebagai alat gerak.Paramecium berhabitat di air tawar dan mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk.
Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan dalam paramecium, biasanya dilakukan suatu praktikum sederhana yang diawali dengan pembuatan sediaan makanan paramecium yang berupa ragi (yeast). Selanjutnya, pada sediaan makanan ditambahkan Congo Red. Congo Red merupakan indikator Ph yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan Ph pada saat terjadi proses pencernaan makanan dalam vakuola makanan paramecium berdasarkan pada perubahan warna yang ditimbulkan. Congo red memiliki sifat asam dengan Ph antara 3 – 5,2. Pada Ph 5, Congo Red akan berwarna ungu dan akan berwarna biru pada Ph dibawah 3.
Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi dalam vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi.
Dalam praktikum dengan menggunakan Congo Red akan terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium yang menandakan adanya proses pencernaan makanan. Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH
.
Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan (Soewolo, 2000 : 158). Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5 (Istanti, 1999). Jadi ketika sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi ( Wulangi, 1993
: 97).
E.     Hasil Pengamatan
·         Video Hasil Pengamatan

F.     Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses pencernaan makanan pada paramecium. Paramecium merupakan organisme dari kelas Cilliata, filum Protozoa. Paramecium dicirikan dengan adanya silia yang berfungsi sebagai alat gerak. Paramecium berhabitat di air tawar dan mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk.
Untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan dalam paramecium, dilakukan praktikum yang diawali dengan pembuatan sediaan makanan paramecium yang berupa ragi (yeast). Selanjutnya, pada sediaan makanan tersebut ditambahkan Congo Red. Congo Red merupakan indikator pH yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan pH pada saat terjadi proses pencernaan makanan dalam vakuola makanan paramecium berdasarkan pada perubahan warna yang ditimbulkan. Congo red memiliki sifat asam dengan pH antara 3 – 5,2. Pada pH 5, Congo Red akan berwarna ungu dan akan berwarna biru pada pH dibawah 3.
Pada paramecium, pencernaan makanan terjadi dalam vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi.
G.    Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa ketika sediaan makanan berupa ragi dan Congo Red masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
Setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar